Senin, 11 Maret 2013

sunda vs inggris


Tahukah anda ??
Ternyata bahasa sunda itu lebih mudah daripada bahasa inggris !
Tidak percaya? Silahkan lihat dan baca teks di bawah :)

1. Inggris = Spending a lot of time with doing nothing
Sunda = Ngajedog

2. Got hit by a truck that is moving backward
Sunda = Katabrak treuk

3. Talk too much about unimportant things
Sunda = Ngacapruk

4. Fall backward and then hit own head
Sunda = Ngajengkang

5. Falling forward and may hit own face
Sunda = Tikusruk

6. A small sharp thing, embedded inside one finger's skin
Sunda = Kasura

7. Have much less knowledge
Sunda = Belegug

8. A little chair made from woods
Sunda = Jojodog

9. People who always annoy other people
Sunda = Si kehed

10. Man or woman who has an ugly face
Sunda = Goreng patut

11. Just take rest but didn't sleep
Sunda = Gogoleran

12. Meals made from rice which is covering by banana leaf and have much of surprise inside
Sunda = Leupeut

13. The situation when your brain need more oxygen
Sunda: Heuay

14. A woman who have hillarious body like a Spain guitar
Sunda = Bahenol

15. People who have thought more mature than her age
Sunda: Kokolot begog

16. A Type of People Who Have a Long Chin
Sunda: Cameuh

17. A something that can radiate the sparkling light
Sunda: Buricak Burinong

18. A very small plate, usually used for pad of coffee cup
Sunda: Pisin

19. There's a little something disgusting in your eyes
Sunda: Cileuh

20. That moment when you walking after the rain and mud is splattered on your shoes
Sunda: Jeblog


sangat mudah bukan?
nah, kangge urang sunda hayu urang budidayakan bahasa indung sorangan nyaeta bahasa sunda ..
tong isin nyarios bahasa sunda ! ^_^

Selasa, 05 Maret 2013

"AYAH"


Ini adalah sebuah cerpen sederhana yang di angkat dari kisah nyata seorang sahabat saya tercintah yang berinisial VM. Begitu terharu nya saya membaca cerpen ini sampai-sampai menitikkan air mata yang jatuh amat deras bagai air hujan yang menetes ke genteng, paralon, pohon, aspal dan tanah yang sudah di injak oleh ribuan jejak sepatu (*alah) dan ketika saya membacanya ada rasa ketidakpercayaan apakah ini fakta selektif posesif atau negative (?) (naoon deuih) haha.
Yaa, saya amat tidak menyangka dengan cerita di atas. Namun, apalah daya saya sebagai sahabat hanya bisa menyuprot nya .. yak cheers! My prend! ^_^
Untuk mengetahui ceritanya? Okee cekidooooots! ;)

--------------------------------------------------------------------------------------------------
Udara malam yang begitu dingin menusuk hingga sampai ke tulangku, aku memandang bulan yang indah, membuat hatiku menjadi tenang dan damai. Senang rasanya saat aku terdiam di bawah cahaya bulan. Ku terus memandangi bulan yang di temani ribuan bintang yang berkelip lewat jendela kamarku.

Terdengar suara teriakan “ALISHAAAAAAAAAAA..”  teriak mama memanggilku. Cepat-cepat aku turun ke bawah. “sha, sebelum tidur kunci dulu pintu gerbang depan gih!” seru mama. Aku lalu mengunci gerbang lalu bergegas kembali ke kamar.

“Alisha Syafia” itulah namaku, aku seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi di Bandung. Aku tinggal dengan mama, ayah dan seorang adik laki-laki.
Sejak kecil aku mengetahui siapa diriku yang sebenarnya. Aku hanyalah seorang anak angkat. Tetapi hingga sekarang aku berpura-pura tidak mengetahui apa-apa sampai mereka menceritakannya sendiri kepadaku. Alasannya pertama karena aku tak ingin membuat mereka bersedih dengan pertanyaanku mengenai siapa aku sebenarnya. Dan yang kedua karena orang tua kandungku yang memintaku untuk diam dan berpura-pura untuk tidak mengetahuai apapun.

Aku tahu siapa orang tuaku yang sebenarnya. Orang tuaku sudah bercerai sekitar dua tahun yang lalu. Mama kandungku kini tidak bekerja. Dan ayah kandungku mengidap Schizofrenia (salah satu gangguan jiwa). Aku memiliki seorang kakak, dia telah menikah dan memiliki seorang anak laki-laki yang masih berumur tiga tahun, dan akupun memiliki tiga orang adik.

Seringkali aku mendengar orang-orang mencela ayahku. Hanya karena ayahku mengidap Schizofrenia. Ingin sekali aku marah dan memberi pelajaran untuk orang-orang yang telah menghina ayahku. Tetapi aku tidak dapat berbuat apa-apa. Aku hanya dapat berdo’a agar Allah dapat menyembuhkan ayahku.

Siang ini aku datang menjenguk ayahku di rumahnya. Saat aku memasuki kamarnya aku tersentak melihat keadaan ayah yang nampak tak terawat. Sampah berserakan di lantai kamarnya. Baju kotor berserakan di atas tempat tidur. Aku coba terus menahan air mataku. Aku tidak ingin menangis di hadapan ayah.

Ku cium tangannya sambil ku tanyakan kabarnya, dengan senyuman ayah menjawab “Alhamdulillah baik, bagaimana kuliahmu nak? Kalau berangkat sama kuliah siapa yang mengantarmu? Kalau tak ada yang mengantar atau menjemptmu, telfon ayah saja, biar ayah yang menjemputmu.” Ayah terus tersenyum. 
Dengan mata yang berkaca-kaca aku menjawab “kuliahku lancar yah. Alhamdulillah aku kuliah pakai motor, jadi ayah tidak usah khawatir". aku terus menahan air mata ini agar tidak menetes di depan ayah.

Aku merasakan perasaan yang campur aduk, aku rindu sekali pada ayah, aku senang melihat ayah mau berbincang denganku. Selama ini orang-orang mengatakan bahwa ayah gila. Itu salah besar, ayah tidak seperti itu.

Lama aku dan ayah berbincang-bincang dan bercanda tawa. Tetapi rasa rinduku pada ayah tidak ada habisnya. Rasanya ingin sekali aku terus menemani ayah, mengajaknya bercanda tawa. Tetapi aku harus pulang.

Ku cium lagi tangannya, lalu aku memeluknya erat, kini aku tidak dapat menahan bendungan air mata yang semenjak tadi telah ku tahan. Aku menangis di dalam pelukan ayah. Air mata ini terus dan terus mengalir tanpa terhentikan.
“mengapa kau menangis anakku? Apakah aku telah membuatmu bersedih?” nada suara ayah terdengar lemah. 
“tidak yah, justru aku menangis bahagia, aku bahagia bisa bertemu ayah, aku bahagia bisa bercanda tawa lagi dengan ayah, aku bahagia dapat mencium tangan ayah, aku bahagia dapat memeluk ayah, saking bahagianya aku sampai menangis.” Jawabku. 

Ayah lalu mencium pipi dan keningku “jangan menangis lagi ya nak, hapus air matamu, ayah tidak ingin melihat putri ayah yang cantik ini menangis, ayah ingin melihat putri kesayangan ayah tersenyum bahagia” Ayah menenangkanku.

Ayah mengusap air mataku, aku tersenyum pada ayah. Dan aku pamit pulang pada ayah. Di sepanjang jalan aku menangis dan terus menangis. Benar-benar tidak dapat terbendungkan air mata ini.
Berbulan-bulan aku tidak mengunjungi ayah, aku terlalu sibuk dengan kuliahku. Hingga suatu hari adik dari ayah menikah dan aku di undang untuk hadir ke acara pernikahannya.
Saat aku datang, aku melihat ayah, ayah terlihat tampak sangat rapi dan tampan, aku tersenyum padanya dan ayahpun membalas senyumku. Aku mencium tangannya dan ayah terus tersenyum padaku.

Selama acara berlangsung aku hanya memperhatika ayah, melihat ayah yang mondar-mandir kesana kemari untuk menyapa orang-orang yang hadir, wajahnya tampak berseri-seri. Dan aku sangat bahagia melihatnya hingga tak terasa air mataku menetes.
Begitu bahagianya aku melihat ayah begitu sehat dan akrab dengan orang-orang. Walaupun terkadang masih tampak terlihat ayah tersenyum sendirian. Tapi aku senang melihat ayah sudah dapat berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya.

Sampai acara itu berakhir aku hanya memperhatikan ayah. Dan lagi-lagi aku harus pulang. Aku berpamitan pada ayah, aku mencium tangannya dan ayah membalas dengan mencium keningku. Begitu bahagia rasanya.
Seminggu setelah acara pernikahan itu aku belum sempat untuk menemui ayah lagi. Hingga suatu malam aku ingin sekali menemui mama. Aku datang ke rumah mama untuk sekedar melihat keadaannya.

Mama menceritakan tentang ayah kepadaku.
“sayang, ayahmu benar-benar menyayangimu. Di antara anak-anaknya ayahmu paling sayang sama kamu, sebelum bercerai, setiap hari yang ia bicarakan itu Cuma kamu nak. Yang ia pajang di dompetnya itu foto kamu, yang ia jadikan wallpaper itu foto kamu, sampai gantungan kunci motornya pun ia gantungkan 10 fotomu nak, selalu kamu yang ia bicarakan, ayahmu bilang ia ingin sekali menjadi wali jika kamu menikah nanti.” Cerita mama kepadaku.

Mendengar semua itu aku tak kuat menahan air mataku. Ingin sekali saat itu juga aku memeluknya erat-erat dan mencium tangannya.
“selama ayah masih ada, aku hanya ingin ayah yang akan menjadi wali nikahku nanti mah, aku tak ingin orang lain, hanya ayah yang aku mau.” Ucapku sambil menangis di pelukan mama. 
Mama mengusap kepalaku dengan hangatnya sambil berkata “selalu berdo’a pada Allah ya nak, selalu do’akan ayahmu di beri kesehatan”.

Malam harinya kakakku datang dengan wajah yang sangat murung. Aku dan mama bingung melihatnya. Tiba-tiba kakaku menangis terisak-isak, aku dan mama terkejut melihatnya.
“kamu kenapa? Mengapa kamu menangis nak?” Tanya mama pada kakaku. 

Kakakku lalu menceritakan semuanya. Adik dari ayah mengatakan seharusnya kakak membawa ayah pergi dari rumahnya. Mereka meminta kakakku untuk mengurus ayah.
“kalau saja aku kaya dan memiliki banyak uang, aku akan membawa ayah pergi dari rumah itu. Tapi mau gimana? Aku tidak punya cukup penghasilan untuk membiayai pengobatan ayah, untuk menafkahi istri dan anakku saja aku sudah banting tulang” ucap kakaku sambil menangis.

“aku harus bagaimana mah? Apa aku harus mengorbankan istri dan anakku untuk dapat membiayai pengobatan ayah? Apa aku harus menceraikan istriku agar aku dapat berkonsentrasi mencari uang untuk ayah?” kakakku terus menangis. 
Mendengar perkataannya aku dan mama ikut menangis. Aku merasa bersalah sekali karna aku tak dapat berbuat apa-apa untuk keluargaku.

“mah. Aku telah menjadi anak durhaka” seru kakaku. 
“mengapa kau berkata demikian anakkku?” Tanya mamaku sambil terus menangis.
“setiap aku shalat, aku selalu berdo’a pada Allah, ya Allah, sembuhkanlah ayahku, tapi jika Engkau tak menyembuhkannya, maka cabutlah nyawanya. Aku selalu berdo’a seperti itu. Biarlah aku menanggung semua dosanya. Yang penting aku tidak melihat ayah tersiksa seperti ini mah.” Mendengar perkataan kakakku air mataku semakin mengalir tanpa tertahankan.

“mah, terkadang aku berfikir untuk membunuh ayah, ingin sekali aku membunuh ayah. Bukan karena aku membencinya, justru karena aku menyayanginya, aku tidak ingin melihatnya seperti ini, aku tidak ingin melihat ayah di olok-olok oleh orang-orang, aku tidak ingin ayah di anggap menjadi beban untuk keluarganya di sana.” Ucap kakakku. 

Mendengar ucapan kakakku mama lalu terlihat sangat sedih dan berkata “mengapa kau berani sekali mengeluarkan kata-kata itu anakku? Seharusnya kamu berfikir jika kamu melakukan hal itu kamu akan mendapatkan dua kerugian yang amat sangat besar, yang pertama kamu akan merugi di akhirat, karna kamu telah melakukan dosa yang amat sangat besar, bahkan mungkin dosamu tidak akan di ampuni, yang ke dua kamu akan mendapat kerugian di dunia, kamu akan masuk penjara dan bagaimana nasib istri dan anakmu? Bagaimana mama? Apa kamu berfikir sampai ke sana anakku?” ucap mama sambil terus menangis.

“maafkan mama anak-anakku, sebenarnya tak ingin mama berpisah dengan ayah kalian, tapi mama melakukan ini supaya keluarganya disana dapat berfikir dan dapat membiayai pengobatan ayah kalian. Karena selama dengan mama, ayah kalian tidak akan dapat di obati, mama tidak sanggup membiayai pengobatannya. Yang mama harapkan setelah bercerai keluarganya disana dapat membiayai pengobatannya, tapi ternyata semua tidak sesuai dengan yang mama harapkan. Mereka justru menelantarkan ayah kalian. Mama benar-benar memohon maaf pada kalian, karena mama telah mengecewakan kalian.” Mama terus menangis sambil memeluk aku dan kakakku.

Sakit dan hancur rasanya hati ini. Mengapa aku tidak dapat berbuat apa-apa. aku merasa menjadi anak yang tidak berguna. Melihat kondisi keluargaku yang seperti ini aku hanya dapat terdiam tanpa berbuat apa-apa.

Tetapi aku berfikir dan terus berfikir. Aku tidak ingin melihat keluargaku terus seperti ini.
Semenjak saat itu aku mulai serius dengan kuliahku, aku berusaha untuk menjadi yang terbaik. aku bertekad untuk dapat membahagiakan keluargaku, dan bercita-cita untuk dapat membiayai pengobatan ayah hingga ayah sembuh.

Akhirnya aku lulus kuliah dengan nilai terbaik, dan kini aku bekerja di salah satu Rumah sakit ternama di Bandung. Dan akupun dapat membiayai pengobatan ayah hingga ayah kini dapat sembuh dan kembali normal seperti dahulu kala.
Dan saat aku menikah, ayahlah yang menjadi waliku. Kini ayah dan mama kembali rujuk. Dan mereka tinggal bersama denganku dan keluarga kecilku.

-----------------------------------------------------------------------------------------------

Ayah
kau segalanya untukku
kaulah motivasi di dalam hidupku
kaulah yang dapat memberikan ketenangan untukku
melihatmu tersenyum membuatku sangat bahagia

Ayah
Kau peluk aku
Kau cium keningku
Kau membuatku bahagia
Kau membuatku menjadi wanita yang kuat

Ayah
Kau ajarkanku cinta
Kau ajarkanku kasih sayang
Kau ajarkanku ketulusan hati
Kau ajarkanku segalanya

Ayah
Kaulah hal terindah dalam hidupku
Kaulah penyejuk hatiku
Kaulah yang paling aku sayangi

Ayah
Aku mencintaimu karna Allah

karya : VM